*Tulisan ini terbit di suplemen Koran Persib di Koran Sindo edisi Februari 2014.
SEJARAH mencatat Indonesia pernah berlaga di Piala Dunia FIFA ketiga, yakni pada tahun 1938 di Perancis. Saat itu, Timnas masih menggunakan nama Hindia-Belanda (Dutch East Indies). Bahkan skuad yang dikirim adalah naungan dari Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU), federasi sepakbola bentukan rezim penjajahan Belanda. Padahal ketika itu sudah muncul PSSI yang masih memiliki kepanjangan Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia.
Pada keikutsertaannya di Piala Dunia 1938, Indonesia hanya mencicipi satu pertandingan. Itu karena kompetisi ini masih menggunakan sistem gugur, dan Indonesia kalah di babak penyisihan.
Indonesia menyerah 6-0 dari tim kuat Hungaria di Stadion Velodrome Municipale (sekarang bernama Stadion Auguste Delaune), Reims, Perancis, 5 Juni 1938. Catatan resmi FIFA, pertandingan yang dimulai pada pukul 17.00 waktu setempat itu dihadiri sembilan ribu penonton. Wasit yang memimpin laga adalah Roger Conrie (Perancis), dibantu asisten wasit Charles De La Salle (Perancis) dan Karl Weingartner (Jerman).
Indonesia dibesut pelatih asal Belanda, Johannes Van Mastenbroek. Dari delapan belas pemain yang tertulis dalam line up, terdapat tiga nama perwakilan Bandung. Yaitu bek Frans G Hu Kon, gelandang serang Hans Taihuttu, dan pemain depan Isaac Pattiwael (dalam line up ditulis Tjaak Pattiwael). Hans dan Isaac adalah pemain dari Voetbal Vereniging (VV) Jong Ambon Tjimahi. Sedangkan Hu Kon bergabung di klub Sparta Bandung.
Arsip Rec Sport Statistic Soccer Foundation (RSSSF) menyebut, VV Jong Ambon Tjimahi adalah klub yang didirikan pada Juni 1932. Sedangkan Sparta merupakan klub kalangan militer yang didirikan di Jakarta, September 1904. Pada 1916 tim ini pindah homeground ke Bandung dan berganti nama dari Sparta Batavia menjadi Sparta Bandoeng.